COFFEE MORNING 2025

Dalam rangka mempercepat pengembangan model pembangunan hijau di Kalimantan Timur, Dewan Daerah Perubahan Iklim Kalimantan Timur (DDPI Kaltim) telah menyelenggarakan kegiatan FGD Coffee Morning bertema "Pengembangan Inisiatif-Inisiatif Model Pembangunan Hijau/Green Growth Compact (GGC)" digelar dengan melibatkan sejumlah organisasi perangkat daerah (OPD), mitra pembangunan, akademisi, serta lembaga swadaya masyarakat. Kegiatan ini dilaksanakan di Hotel Midtown Samarinda, kegiatan ini bertujuan untuk  membahas upaya menjadikan program GGC lebih terintegrasi dan memiliki landasan legal formal yang kokoh.

Moderator Reonaldus Paembonan membuka diskusi dengan menyampaikan latar belakang GGC yang dideklarasikan oleh Pemprov Kaltim sejak 2016. Hingga kini, terdapat 13 Inisiatif Model (IM) yang menjadi tulang punggung program ini, antara lain Perhutanan Sosial, Penguatan KPH, Pengelolaan Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) untuk Koridor Orangutan, serta Pengendalian Kebakaran Lahan dan Kebun. Namun, sejumlah tantangan masih menghambat percepatan legalitas program ini.

Evaluasi dan Legalitas GGC

Pertanyaan mengenai lambannya proses legalisasi program GGC menjadi sorotan utama. Prof. Daddy Ruhiyat, Ketua DDPI Kaltim, menjelaskan pentingnya pengakuan legal formal untuk memberikan legitimasi, mendukung keberlanjutan, dan memperkuat kolaborasi lintas sektor. “Legalitas akan memberi kekuatan lebih untuk pengembangan IM dan memastikan program ini tidak dianggap sebagai kegiatan sampingan,” tegasnya.

Dalam diskusi, Zulkifli dari GIZ-Propeat menekankan pentingnya mengintegrasikan inisiatif model dengan rencana pemerintah daerah. "Mitra pembangunan perlu berperan sebagai penasihat teknis yang mendukung keberlanjutan program melalui kolaborasi strategis dengan pemda," tambahnya.

Penguatan dan Sinkronisasi Inisiatif Model

Salah satu poin diskusi yang menonjol adalah evaluasi terhadap 13 IM yang ada. Monica Kusneti dari YASIWA mengungkapkan bahwa sebagian besar kawasan lahan basah Mesangat-Suwi yang termasuk dalam IM masih menghadapi tantangan tumpang tindih perizinan dengan sektor sawit. Namun, upaya integrasi ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi telah memberikan harapan untuk pelestarian koridor satwa di kawasan tersebut.

Irawan Wijaya Kusuma dari Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman menyarankan agar evaluasi menyeluruh dilakukan untuk memastikan praktik baik dari setiap IM dapat menjadi modul pembelajaran. Ia juga menyoroti peran strategis institusi pendidikan dalam mendukung keberlanjutan program GGC melalui penelitian dan pelibatan mahasiswa.

Usulan Inisiatif Baru

Beberapa peserta mengusulkan penambahan inisiatif model baru untuk mendukung pencapaian FOLU Net Sink 2030. Mislan selaku Ketua Forum DAS Kaltim mengajukan usulan “Pengelolaan Kolaboratif Model Danau” untuk pelestarian danau Semayang, Melintang, dan Jempang melalui pendekatan agroforestri dan pemberdayaan masyarakat. Selain itu, DLH Kaltim mengusulkan penetapan baseline emisi sektor lintas bidang serta inisiatif perdagangan karbon untuk mendukung target pembangunan berkelanjutan.

Sosialisasi Program ke Pemerintah Baru

Seiring dengan pergantian kepemimpinan di Pemprov Kaltim, diskusi juga menekankan pentingnya sosialisasi GGC kepada gubernur dan kepala OPD baru. Niel Makinuddin dari YKAN menyebut bahwa momentum ini harus dimanfaatkan untuk mengintegrasikan GGC ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025-2030. “GGC perlu dikemas sebagai aset strategis Kaltim dengan dukungan politik yang kuat,” ujarnya.

Langkah ke Depan

Sebagai penutup, Prof. Daddy Ruhiyat menyampaikan bahwa seluruh masukan dari diskusi ini akan menjadi bahan pertimbangan untuk menyusun rancangan perubahan Pergub No. 27/2022. Ia menegaskan pentingnya sinkronisasi antara program GGC dengan target pemerintah provinsi dan nasional, seperti FOLU Net Sink 2030 dan Sustainable Development Goals (SDGs).

“Kami berkomitmen untuk terus mendorong evaluasi dan pengembangan inisiatif model yang relevan dan berdampak langsung pada pengurangan emisi serta peningkatan ekonomi masyarakat,” tutup Prof. Daddy.

Dengan langkah-langkah strategis yang telah disepakati, program GGC diharapkan dapat menjadi tonggak keberlanjutan pembangunan hijau di Kalimantan Timur sekaligus mendukung upaya global dalam menghadapi perubahan iklim.

foto kegiatan.png


Tinggalkan Komentar